Menumbuhkan Karakter Berpolitik yang Damai dan Dewasa
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKita semua berharap proses pesta demokrasi Pilkada DKI Putaran 2 dapat dilaksanakan secara damai, aman dan mengedepankan sikap dewasa serta bermartabat.
Tentu sudah menjadi keinginan dan harapan kita semua, khususnya warga Jakarta yang sebentar lagi akanmemilih ulang pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk masa jabatan 2017-2022. Terlepas dari siapa nanti yang akan terpilih, juga menjadi suatu keinginan dan harapan kita semua, dimana proses pesta demokrasi tersebut dapat dilaksanakan secara damai, aman dan mengedepankan sikap dewasa serta bermartabat.
Memang secara sadar kita semua pernah melihat dan merasakan bahwa ada beberapa kejadian pada saat pesta demokrasi tersebut dilaksanakan, dimana ada sinyal-sinyal yang menyiratkan terjadinya konflik yang bermuatan suku, agama, ras dan antar golongan. Namun kejadian-kejadian tersebut hendaknya dapat kita jadikan suatu pembelajaran dalam membangun kedewasaan berpolitik, sehingga kita semua terhindar dari politik hitam, politik kotor, politik kepentingan yang mana hal tersebut tentunya akan melukai dan mencederai demokrasi yang kita harapkan.
Saat ini masyarakat Indonesia, khususnya warga DKI Jakarta kurang lebih 75 persen masih mempercayai dan berkeyakinan bahwasannya politik cenderung untuk menghalalkan segala cara demi untuk suatu tujuan. Apapun dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut seperti menghasut, memfitnah, menyuap bahkan sampai melakukan pembunuhan. Jadi politik yang dipercayai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah lebih memprioritaskan tujuan ketimbang proses-prosesnya.
Perlu kita sadari bersama bahwa masyarakat Indonesia, khususnya warga DKI Jakarta adalah masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai ragam agama, suku dan budaya yang satu sama lain merupakan satu kesatuan yang unik dan itu semua telah mewarnai Ibukota Negara Indonesia. Sebagai manusia yang tidak hanya jasmaninya saja yang hidup, namun jiwanya juga hidup dan tentunya masih memiliki rasa kepedulian terhadap satu sama lain, memiliki jiwa sosial dan melekatnya nilai-nilai religious, maka sepatutnya kita harus dapat membangun proses-proses berpolitik yang humanis, demokratis dan elegan. Dengan demikian secara tidak langsung kita semua yang masih rabun terhadap dunia politik, tetapi nyatanya kita semua sudah menjalankan dan mengenyam pendidikan politik singkat yang positif dan konstruktif sehingga perasaan damai, sikap saling menghargai dan menghormati tercipta, demi untuk mendapatkan pemimpin yang baik.
Perlu kita ingat bersama bahwa pilkada adalah peristiwa politik biasa namun diperlukan mekanisme demokrasi untuk pemimpin daerah yang terbaik, melayani masyarakat dan membangun bangsa yang bermartabat. Semua umat beragama berperan penting dalam menyukseskan pilkada. Semua umat beragama dapat menjadi teladan berpolitik yang santun dan berkeadaban sebagai perwujudan nilai universal agama. Marilah mulai dari sekarang kita semua bersama-sama untuk membangun sikap ksatria, dimana kita harus siap menang, siap kalah, dewasa menerima perbedaan, jiwa besar menerima kekalahan dan santun ketika merayakan kemenangan.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Indonesia Tidak Boleh Kalah oleh Intervensi Asing
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBMerawat Kemajemukan Bangsa demi Keutuhan NKRI
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler